Tuesday, September 29, 2015

Menulis adalah obat hati? Mungkin.

Belakangan hari ini saya menyempatkan buka account blogger. Niatnya ingin menulis sesuatu, tapi sayang, bingung mau menulis apa. Saya jadi paham kenapa penulis buku mau merilis 1 buku novel saja sampai bertahun-tahun. Mencari inspirasi ternyata susah juga, tidak serta-merta muncul begitu saja. Kadang, ketika inspirasi untuk menulis muncul, media untuk menyalurkan tidak ada. Misalnya, kertas, buku, pulpen. Repot juga.

Ada juga hasrat menulis mendadak muncul karena sedang emosi. Mungkin ada beberapa orang yang tidak bisa mengungkapkan rasa kekesalan atau kekecewaan akan sesuatu secara verbal, saya salah satunya. Mengeluarkan satu patah kata saja tidak mampu, kasihan (Ah, jadi pengen berterima kasih kepada penemu Twitter,  Jack Dorsey beserta teman-temannya Evan Williams, Biz Stone dan Noah Glass telah menciptakan social media yang memungkinkan para pengguna internet menulis sesuatu secara cepat, singkat meski dibatasi 140 karakter saja). Saking emosinya, menulis saja jadi berantakan dalam mengambil kosakata yang pas. Di sini enaknya menulis, jika ada kata yang salah bisa langsung di-edit cukup dengan pencet backspace. Bagi saya dengan menulis bisa meredam emosi saya yang kata sebagian orang berapi-api, padahal saya banyak diamnya loh, kalau sudah marah berarti si pembuat masalah sudah fatal banget dalam bermain api :p Hal ini berbeda dibandingkan dengan verbal, sekali kata-kata yang kurang tepat keluar, tidak akan bisa ditarik lagi. Bahaya jika kata-kata yang terlanjur terlontar dinilai bisa menyakiti hati pendengarnya.

Bagaimana pun juga, hasrat menulis tidak bisa dipaksakan. Kalau memang inspirasi tidak muncul meski sudah ditemani oleh secangkir kopi (kalau ditemani pasangan, mending melakukan kegiatan lain) jangan bersedih hati. Mungkin inspirasinya masih jalan-jalan mencari another inspiration, hehe! Lebih bagus lagi kalau menulis itu menggunakan hati, tidak menggunakan emosional. Mengutip dari tweet teman saya, Safita Permatasari: "Tulisan yang ditulis oleh hati, pasti akan meninggalkan rasa di hati."

Baiklah, sampai di sini dulu tulisannya saya. For your information, tadi awalnya menulis blog ini sambil emosional. Tapi dengan seiring berjalannya waktu, saya tidak jadi marah-marah. Menulis memang cukup mengobati rasa sakit di hati, Have a nice day!


Thursday, September 3, 2015

Aksi penjambretan

Kemarin  hari Rabu (2/9) sekitar jam 14:00 saya sedang berhenti di traffic light persimpangan dekat Pusat Grosir Surabaya menuju Jl Raya Dupak - Jl Demak. Lokasi tepatnya ada di sini. Kalau sedang berhenti, selain ngupil, saya suka toleh kanan-kiri, cek belakang melalui spion luar-dalam. Observasi sekitar lah.

Kebetulan (melihat spion tengah) di belakang saya ada Suzuki Carry 1.0 merah ikut antri traffic light. Di sebelah kiri mobil itu ada pengendara sepeda motor Honda Tiger(?) berboncengan. Tiba-tiba tangan pembonceng masuk ke dalam mobil melalui jendela yang terbuka, memaksa mengambil tas penumpang mobil itu. Sempat terjadi tarik-menarik antara korban & pelaku. Sayangnya, dalam waktu tidak sampai 20 detik, tas itu bisa diambil pelaku dan langsung lari menuju Jl Semarang (Stasiun Pasar Turi). Jarak mobil belakang dengan saya cukup longgar, akhirnya dia langsung belok kiri mencoba mengejar pelaku tersebut. Semoga bisa tertangkap.

Lebih waspada dalam berkendara. Lebih rajin melakukan observasi sekitar kita, apalagi jika sering melewati daerah yang dianggap rawan kejahatan.

Yang biasa taruh barang di atas jok, mungkin sekarang bisa ditaruh di lantai. Yang biasa taruh barang di lantai, mungkin sekarang bisa ditaruh di bagasi. Biasakan kunci pintu setelah masuk kendaraan. Kalau perlu, penggunaan kaca film security bisa melambat kinerja pelaku kejahatan yang berusaha memecah kaca.

Selamat beraktifitas!