Sunday, November 22, 2015

Hello Citilink Supergreen!

Airbus A320-214 PK-GLH as QG645 at Ngurah Rai (DPS), 15/11.
A320-214 PK-GLH as QG645 at Ngurah Rai (DPS), (15/11).
Jumat (13/11) kemarin, memanfaatkan peluang untuk jalan-jalan ke pulau Bali bersama keluarga dan adik ipar. Persiapannya termasuk mendadak, karena muncul pembicaraan sekitar 2-3 hari sebelum keberangkatan. Kebetulan, ada voucher menginap & makan di hotel Eden Kuta Bali jadi sayang kalau tidak digunakan, hehe.

Seperti biasa di dalam keluarga, jika hendak melakukan perjalanan udara menggunakan pesawat, akan dibagi dalam beberapa kelompok terbang (kloter), dalam hal ini dibagi menjadi tiga kloter: 1. Bapak & Ibu, 2. Wisnu & Ulin, 3. Saya, Gasha & Suci. Kami diberi kebebasan memilih maskapai yang jam pemberangkatannya cocok. Kloter 1 dan 2 memutuskan menggunakan maskapai Low-cost Carrier (LCC) Lion Air (JT/LNI), hanya berbeda jam pemberangkatan. Saya dan adik-adik yang di kloter 3 sepakat menggunakan LCC Citilink (QG/CTV). Alasan menggunakan Citilink karena jam pemberangkatan sore dan penasaran dengan pelayanan LCC Citilink serta Airbus A320. Bisa dikatakan ini adalah A320 pertama yang saya dan adik-adik naiki selama hidup. Maklum, selama ini selalu bertemu dengan Boeing B737-100, -200, -200C, -200Adv, -300, -400, -800(WL), McDonnell-Douglass MD82, MD83 dan beberapa type pesawat single-aisle yang beredar di Indonesia, baik yang sudah pensiun maupun yang masih beredar.

Jadwal pemberangkatan kami adalah pukul 18:20 WIB dari Terminal 1 Bandara Juanda (SUB). Jika sesuai ketentuan, para calon penumpang sudah harus di ruang tunggu 40 menit sebelum keberangkatan. Sedangkan kami saat itu masih di jalan menuju bandara! Bisa dibayangkan bagaiamana kondisi lalu-lintas hari Jumat di sore hari, penuh seperti cendol. Untung rumah berlokasi di Surabaya Selatan dan dekat dengan akses tol bandara. Sesampainya di bandara kami harus memarkirkan mobil dulu di tempat parkir inap. Kemudian bergegas ke counter check-in untuk ambil seat serta memasukkan bagasi. Seperti halnya Garuda Indonesia, Citilink membuka counter check-in all destination. Ketika kami masuk, counter sepi, jadi tidak perlu antri. Perlu diketahui, Citilink berada di Terminal 1A bersama Airfast Indonesia (FS/AFE), Batik Air (ID/BTK). Masuk ruang tunggu, kami belum sempat duduk untuk memasukkan dompet, telepon selular ke dalam tas, ternyata sudah ada panggilan untuk masuk ke pesawat. Bisa dikatakan, kami datang ke bandara sangat last-minute banget!

Karena sudah gelap dan masuk menggunakan aerobridge, saya tidak bisa melihat registrasi pesawat A320 Citilink yang melayani rute QG646 SUB-DPS. Menurut flightradar24, pesawat yang saya naiki adalah Airbus A320-214(WL) s/n 6408 PK-GQH. Yup, A320 pertama yang saya naiki adalah A320 berusia 0,9 tahun yang sudah menggunakan sharklet device untuk performa terbang yang lebih efisien. Selain itu, kursi sudah menggunakan kulit. Kebetulan, kami mendapat green-seat nomor 3 dari pintu. Padahal, jika ingin duduk di lokasi tersebut, harus menambah biaya lagi.
A320-214(WL) PK-GQH as QG646 at Juanda (SUB), (13/11).
Jarak antar kursi cukup luas untuk ukuran LCC. Konon, katanya green-seat ini lebih longgar daripada kursi reguler, meski kalah longgar daripada emergency exit mungkin. Karena ini pengalaman naik LCC dan Airbus, interior dipenuhi dengan iklan-iklan produk, destinasi wisata, dan lain-lain. Oh iya, load-factor pesawat ini sekitar 95%. Ada beberapa seat yang kosong hingga pintu pesawat ditutup. Ontime performance patut diapresiasi, meski kali ini kami berangkat 5 menit lebih lambat dari jadwal seharusnya. Tidak apa-apa, yang penting jangan sampai delay berjam-jam. Sayang sekali, karena penerbangan malam itu berdurasi pendek, saya tidak sempat keliling seisi pesawat, minimal lavatory visit. Mungkin lain kali bisa keliling serta memanfaatkan fasilitas pesawat jika durasi penerbangannya 60 menit ke atas. Kami mendarat di bandara Ngurah Rai (DPS) pukul 20:01 WITA dengan selamat kemudian dilanjutkan menuju ke hotel di Kuta yang berjarak hanya 5 menit dari bandara.

Before embarked for Surabaya with A320-214 PK-GLH as QG645
at Ngurah Rai (DPS), (15/11).

Jika berangkat dengan pesawat tahun muda, berbeda dengan kepulangan pada hari Minggu (15/11) dari terminal domestik Ngurah Rai (DPS). Jadwal kami adalah pukul 12;15 WITA. Saat itu saya melihat A320 Citilink terparkir di dekat gate 4. Setelah melihat registrasinya, ternyata ini adalah pesawat yang cukup berumur, A320-214 s/n 3417 PK-GLH usia 8,5 tahun. Pesawat ini sebelumnya dipakai oleh All-Nippon Airways (ANA) dengan registrasi JA206A. Bisa terlihat jelas di interior pesawat, seat masih menggunakan corak ANA, berbeda dengan pesawat baru Citilink yang sudah full leather seat. Selebihnya, sama saja.

Sepertinya, saya jatuh cinta dengan LCC yang satu ini. Tapi masih ada 1 maskapai LCC yang ingin saya coba, yang memegang penghargaan The World Best Low Cost Carrier by Skytrax 7 tahun berturut-turut: AirAsia.

Semoga bisa keturutan di masa yang akan datang. Amin.

Wednesday, October 21, 2015

Ganti username Twitter & Instagram

Pada tanggal 14 Oktober 2015 yang lalu, saya resmi merubah nama akun Twitter dan Instagram @abamsuperwhite menjadi:

@bcahayaalam

Dengan alasan seiring bertambahnya usia, saya sudah bosan dengan username lawas yang sudah dipakai sejak awal menggunakan Twitter, yaitu Agustus 2009 (kalau Instagram, lupa :p). Jika di waktu yang akan datang ada postingan dengan atas nama usename lawas, maka saya tidak bertanggug jawab.

Demikian, have a nice day!

Tuesday, September 29, 2015

Menulis adalah obat hati? Mungkin.

Belakangan hari ini saya menyempatkan buka account blogger. Niatnya ingin menulis sesuatu, tapi sayang, bingung mau menulis apa. Saya jadi paham kenapa penulis buku mau merilis 1 buku novel saja sampai bertahun-tahun. Mencari inspirasi ternyata susah juga, tidak serta-merta muncul begitu saja. Kadang, ketika inspirasi untuk menulis muncul, media untuk menyalurkan tidak ada. Misalnya, kertas, buku, pulpen. Repot juga.

Ada juga hasrat menulis mendadak muncul karena sedang emosi. Mungkin ada beberapa orang yang tidak bisa mengungkapkan rasa kekesalan atau kekecewaan akan sesuatu secara verbal, saya salah satunya. Mengeluarkan satu patah kata saja tidak mampu, kasihan (Ah, jadi pengen berterima kasih kepada penemu Twitter,  Jack Dorsey beserta teman-temannya Evan Williams, Biz Stone dan Noah Glass telah menciptakan social media yang memungkinkan para pengguna internet menulis sesuatu secara cepat, singkat meski dibatasi 140 karakter saja). Saking emosinya, menulis saja jadi berantakan dalam mengambil kosakata yang pas. Di sini enaknya menulis, jika ada kata yang salah bisa langsung di-edit cukup dengan pencet backspace. Bagi saya dengan menulis bisa meredam emosi saya yang kata sebagian orang berapi-api, padahal saya banyak diamnya loh, kalau sudah marah berarti si pembuat masalah sudah fatal banget dalam bermain api :p Hal ini berbeda dibandingkan dengan verbal, sekali kata-kata yang kurang tepat keluar, tidak akan bisa ditarik lagi. Bahaya jika kata-kata yang terlanjur terlontar dinilai bisa menyakiti hati pendengarnya.

Bagaimana pun juga, hasrat menulis tidak bisa dipaksakan. Kalau memang inspirasi tidak muncul meski sudah ditemani oleh secangkir kopi (kalau ditemani pasangan, mending melakukan kegiatan lain) jangan bersedih hati. Mungkin inspirasinya masih jalan-jalan mencari another inspiration, hehe! Lebih bagus lagi kalau menulis itu menggunakan hati, tidak menggunakan emosional. Mengutip dari tweet teman saya, Safita Permatasari: "Tulisan yang ditulis oleh hati, pasti akan meninggalkan rasa di hati."

Baiklah, sampai di sini dulu tulisannya saya. For your information, tadi awalnya menulis blog ini sambil emosional. Tapi dengan seiring berjalannya waktu, saya tidak jadi marah-marah. Menulis memang cukup mengobati rasa sakit di hati, Have a nice day!


Thursday, September 3, 2015

Aksi penjambretan

Kemarin  hari Rabu (2/9) sekitar jam 14:00 saya sedang berhenti di traffic light persimpangan dekat Pusat Grosir Surabaya menuju Jl Raya Dupak - Jl Demak. Lokasi tepatnya ada di sini. Kalau sedang berhenti, selain ngupil, saya suka toleh kanan-kiri, cek belakang melalui spion luar-dalam. Observasi sekitar lah.

Kebetulan (melihat spion tengah) di belakang saya ada Suzuki Carry 1.0 merah ikut antri traffic light. Di sebelah kiri mobil itu ada pengendara sepeda motor Honda Tiger(?) berboncengan. Tiba-tiba tangan pembonceng masuk ke dalam mobil melalui jendela yang terbuka, memaksa mengambil tas penumpang mobil itu. Sempat terjadi tarik-menarik antara korban & pelaku. Sayangnya, dalam waktu tidak sampai 20 detik, tas itu bisa diambil pelaku dan langsung lari menuju Jl Semarang (Stasiun Pasar Turi). Jarak mobil belakang dengan saya cukup longgar, akhirnya dia langsung belok kiri mencoba mengejar pelaku tersebut. Semoga bisa tertangkap.

Lebih waspada dalam berkendara. Lebih rajin melakukan observasi sekitar kita, apalagi jika sering melewati daerah yang dianggap rawan kejahatan.

Yang biasa taruh barang di atas jok, mungkin sekarang bisa ditaruh di lantai. Yang biasa taruh barang di lantai, mungkin sekarang bisa ditaruh di bagasi. Biasakan kunci pintu setelah masuk kendaraan. Kalau perlu, penggunaan kaca film security bisa melambat kinerja pelaku kejahatan yang berusaha memecah kaca.

Selamat beraktifitas!

Friday, August 21, 2015

Hasrat nge-blog menguap

Seandainya posting blog bisa semudah posting status di social media seperti Path. Tanpa perlu log-in dulu. Saya mengamati teman-teman saya yang dulunya suka ngeblogging sekarang lebih suka nulis panjang lebar di Path. Mungkin karena simple saja aksesnya. Sudah itu saja. Hasrat menulis blog saya sudah menguap seiring dengan menyalakan komputer, buka browser, dan lain-lain.

Nanti disambung lagi deh. Kalau tidak malas.